Bab 3
Bab 3 Calon Pewaris
“Ardika, jangan-jangan … kamu sudah pulih?”
Melihat tatapan Ardika yang jernih, Luna menutup mulutnya dengan tangan dan tampak tidak percaya.
“Ya, aku sudah pulih, sayang.”
Ardika menatap ke arah Luna, dia yang begitu tegas dalam medan perang, ternyata bisa merasa sedih juga.
Seketika, air mata mengenang di mata Luna. Rasa bahagia membuatnya ikut menangis.
Ardika langsung memeluk Luna. Beberapa tahun ini, Luna sudah menderita.
“Huh! Memangnya kenapa kalau sudah pulih?”
Wulan berkata dengan sinis, “Dia tetap saja seorang pecundang.”
Sambil berkata, Wulan kembali duduk di kursinya. Sambil menunjuk kursi lipat di pojokan, dia pun berkata, “Duduk sana! Berkontribusi 20 triliun? Jangan membuatku tertawa.”
Ketika Ardika yang mengernyit ingin berkata, Luna segera menghentikannya dan menariknya untuk duduk.
Mereka berempat duduk di kursi lipat yang ada di pojokan. Melihat makanan yang mahal dan enak di meja lain, di atas meja mereka hanya ada empat mangkuk mi.
Melihat suasana yang begitu hidup dan ramai, Tuan Besar Basagita merasa bangga.
“Semuanya tenang dulu, aku ingin mengumumkan sesuatu.”
Setelah mendengarnya, semua orang segera meletakkan alat makan.
Sambil mengangguk puas, Tuan Besar Basagita lalu berkata, “Semalam, seharusnya kalian sudah mendengar kabar bahwa Grup Angkasa Sura datang ke kota ini.”
“Grup Angkasa Sura merupakan perusahaan permodalan kelas dunia yang sangat besar. Kali ini, kedatangan mereka di Kota Banyuli akan memberikan perubahan kekuatan para keluarga besar di kota ini. Ini juga kesempatan bagi Keluarga Basagita.”
“Meskipun Keluarga Basagita termasuk keluarga kelas dua yang tampak hebat, kita tetap saja mudah dilewati oleh keluarga lain.”
“Jadi, Grup Angkasa Sura merupakan pihak yang perlu kita gandeng.”
“Walaupun mendapatkan sedikit investasi saja, Keluarga Basagita juga bisa naik kelas dan hidup dengan kemewahan.” Nôvel(D)ra/ma.Org exclusive © material.
Tuan Besar Basagita makin bersemangat, dia lalu melanjutkan dengan wajah merah, “Aku umumkan bahwa siapa pun anggota Keluarga Basagita yang bisa mendapatkan investasi dari Grup Angkasa Sura, akan diberi saham perusahaan 10 persen, serta ….”
“Jabatan manajer umum grup kita!”
Duar!
Pengumuman yang sangat penting ini menggemparkan semua orang.
“Saham perusahaan 10 persen merupakan uang yang sangat banyak. Dengan uang sebanyak itu, kita bisa berfoya-foya.”
“Terutama jabatan manajer umum yang berada di atas semua orang.”
“Tapi, sepertinya sangat sulit. Aku dengar bahwa banyak keluarga yang berbaris di depan kantor Grup Angkasa Sura ….”
Ketika semua orang sedang berdiskusi, Wulan tiba-tiba berdiri.
“Kakek, tenang saja. Aku pasti akan mendapatkan investasi itu. Aku sudah meminta bantuan Tuan Muda David untuk menyerahkan proposal, sepertinya kita akan segera mendapat kabar.”
Ucapan itu mengejutkan semua orang.
Punya kenalan yang hebat memang berbeda.
Tuan Muda David yang disebut oleh Wulan adalah pacarnya. David Buana, Tuan Muda Pertama dari Keluarga Buana yang merupakan keluarga kelas atas di Kota Banyuli.
Dengan bantuan David, bukankah mendapatkan investasi adalah hal yang mudah?
“Bagus, bagus, bagus! Kamu memang cucu paling hebat. Tiga hari lagi kamu akan ulang tahun, kakek pasti akan merayakannya dengan meriah,”
Tuan Besar Basagita berkata dengan gembira, “Kalau Wulan bisa mendapatkan investasi dari Grup Angkasa Sura, kamu akan menjadi pewaris keluarga.”
Ucapan itu membuat ekspresi Luna sekeluarga berubah.
Sebagai sesama anggota Keluarga Basagita, Luna yang merupakan keluarga dari istri kedua sangat sensitif terhadap posisi pewaris.
Sebagai keluarga dari istri pertama, Wulan sekeluarga selalu bersikap buruk terhadap Luna dan keluarganya. Kalau Tuan Besar meninggal dan Wulan menjadi kepala keluarga, kehidupan Luna dan keluarganya akan makin menderita.
Melihat ekspresi ayah dan ibu mertua yang pucat, Ardika pun berkata, “Kakek, kalau Luna bisa mendapatkan investasi, dia juga bisa menjadi pewaris keluarga, ya?”
Suasana menjadi hening.
Pfft!
Wisnu yang berada tidak jauh tidak bisa menahan tawanya, dia pun berkata, “Ardika, penyakitmu kambuh lagi? Apa yang bisa diandalkan Luna untuk mendapatkan investasi? Mengandalkan idiot sepertimu?”
“Makan saja mi di depanmu! Mungkin setelah ini, kalian sekeluarga harus kelaparan.”
Wulan mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan nada merendahkan, “Kamu baru saja pulih, jadi mungkin nggak tahu. Luna memiliki utang yang besar, dia sudah coba meminjam uang ke mana-mana. Hanya saja nggak tahu apakah dia sempat menjual dirinya atau nggak.”
“Oh ya, tiga hari lagi adalah ulang tahun Luna. Melihat tampang kalian yang miskin itu, sebaiknya kalian pungut saja kue di lantai untuk dimakan tiga hari lagi.”
Semua orang tertawa terbahak-bahak, tatapan mereka terhadap Luna dan Ardika dipenuhi oleh ekspresi hina.
Penghinaan seperti itu membuat Luna menangis. Dia berkata sambil tersedak, “Wulan, di mana hati nuranimu? Padahal kamu yang merebut perusahaanku, lalu ditukar dengan perusahaan yang penuh utang itu. Semua utangku saat ini karena kamu ….”
Wulan segera memotongnya, “Luna, jangan asal omong! Aku akan menamparmu. Kamu sendiri yang nggak berguna, tapi masih berani menyalahkanku?”
Perseteruan mereka membuat suasana di dalam vila menegang.
“Cukup, cukup.”
Tuan Besar Basagita melambaikan tangannya untuk merelai. Dia pun berkata kepada Ardika, “Ardika, kalau Luna bisa mendapatkan investasi dari Grup Angkasa Sura, aku akan membayar semua utang perusahaan Luna, kemudian mengembalikan semua bonus selama beberapa tahun ini.”
Setelah mendengarnya, Desi dan suaminya tampak senang.
Sejak Ardika menghilang di malam pertama pernikahan, Tuan Besar Basagita terus menahan bonus mereka. Kalau dijumlahkan, totalnya mencapai miliaran.
Kalau bisa mendapatkannya, kehidupan mereka pasti akan berubah.
Lalu, sebelum ekspresi bahagia di wajah mereka menghilang, Tuan Besar Basagita segera menambahkan, “Tapi ada satu syarat, Luna harus menagih utang ke Kak Herkules.”
Desi dan suaminya langsung tertegun.
Banyak orang yang ikut terkejut.
Herkules merupakan bos preman di Kota Banyuli. Sebelumnya, anggota Keluarga Basagita yang pergi menagih utang dihajar sampai setengah mati.
Persyaratan Tuan Besar sama saja mempersulit Luna.
Desi yang panik pun berkata, “Nggak bisa, Ayah! Menagih utang ke Kak Herkules sama saja bertaruh nyawa.”
“Bagaimana kalau sampai Luna kenapa-napa ketika menagih utang?”
Wulan yang melihatnya segera berkata, “Bibi, nggak usah pergi juga nggak masalah. Hanya saja, kalian sekeluarga nggak akan bisa bangkit lagi.”
Setelah mendengarnya, ekspresi Luna sekeluarga menjadi pucat.
Seketika, Luna mulai ragu.
Pada saat ini, Ardika menggenggam erat tangan Luna, lalu berbisik di telinganya, “Sayang, setujui saja.”
Apa?
Luna mengira dia salah dengar.
Sambil mengernyit, Luna berkata dengan nada rendah, “Ardika, apa yang kamu katakan? Orang itu adalah Kak Herkules, kita nggak mungkin bisa menagih utangnya.”
Ardika justru berkata dengan percaya diri, “Sayang, percayalah padaku. Setujui saja. Aku akan membantumu menagih utangnya.”